WAQAF DAN WASHAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia fitrahnya untuk beribadah kepada Tuhan, Salah
satu beribadah kepada Tuhan adalah dengan membaca ayat suci Al qur’an, dengan
menbaca al quran dengan tajwid dan makhraj yang benar akan bernilai pahala di
sisi Tuhan. Di sini penulis akan mencoba memberikan uraian dari salah satu cara
membaca Al qur’an yaitu waqaf.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa itu
waqaf ?
2. Apa saja
pembagian waqaf ?
3. Apa saja
cara-cara berwaqaf ?
4. Apa saja
tanda-tanda dari waqaf ?
C. Tujuan
Masalah
1. Agar
penulis serta pembaca tahu dimana kita harus waqaf ketika membaca Al qur’an.
2. Agar
penulis dan pembaca tahu tanda-tanda waqaf dan bagaimana memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
WAQAF DAN WASHAL
A. Pengertian Waqaf Dan Washal
Waqaf menurut bahasa artinya berhenti. Menurut istilah waqaf adalah menghentikan bacaan
sejenak pada akhir ataupun pertengahan ayat.
Penerapan waqaf disesuaikan dengan tanda tertentu.
Tanda waqaf ada yang terdapat di akhir atau tengah tengah ayat.
Washal
menurut bahasa artinya terus atau
menyambung bacaan. Menurut istilah
washal adalah meneruskan bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh
diputus-putus membacanya. Jika tidak kuat napasnya, boleh berhenti, tetapi
bacaannya diulang kembali.
B.
Jenis –
jenis waqaf :
- Waqaf Sempurna ( taam ) , yaitu waqaf
pada suatu kalimat yang dibaca secara sempurna tanpa melakukan pemotongan di
tengah – tengah bacaan , serta tidak mempengaruhi arti karena tidak
berhubungan dengan bacaan sebelumnya ataupun selanjutnya .
Misalعَلَى هُدًى
مِّنْ رَّبِهِمْ وَاُولَئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ :اُولَئِكَ
- Waqaf Memadai ( kaafi ) , yaitu waqaf
pada suatu kalimat yang di baca secara sempurna tanpa melakukan suatu
pemotongan kalimat di tengah – tengah , namun masih berhubungan arti
dengan kalimat sebelum ataupun sesudahnya.
Misal: اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَايُؤْمِنُوْنَسَوَاءٌ
عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ
Karena
lafad ini masih berhubunganarti dengan lafad berikutnyayakni
خَتَمَ اللهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ وَعَلَى
سَمْعِهِمْ
Yaitu masih masih sama sama berhubungan dalam membicarakan orang
orang kafir
- Waqaf baik ( hasan ) , yaitu mewaqafkan suatu
kalimat yang tidak mempengaruhi arti namun kalimat tersebut masih
berhubungan dengan kalimat sesudahnya .
Misal lafad الحَمْدُلِلهِ pada permulaan surat Alfatihah.
Karena lafad sesudahnya yaitu رَبِّ اْلعَالَمِيْنَmasih ada
hubungan dengan lafad لِلهِ sebab
menjadi predikat.
- Waqaf Buruk ( qabiih ) , yaitu mewaqafkan
ditengah kalimat dengan membaca tidak sempurna sehingga mempengaruhi makna
yang berkaitan dengan kalimat yang lainnya. Waqaf ini harus dihindari .
Seperti: يَااَيُّهَا
اَّلذِيْنَ اَمَنُوْا لاَتَقْرَبُوْا الصَّلَوةَ وَاَنْتُمْ سُكَارَى
Padalafadinikitatidakbolehberhentihanyapadalafadيَااَيُّهَا اَّلذِيْنَ اَمَنُوْا لاَتَقْرَبُوْا الصَّلَوةَ
Karenahaltersebutakanmenimbulkanma’na yang
bertentangan.
Makaharusdibacasecarasempurnatanpawaqaf.
Kecualijikadalamkeadaandhorurot,
sepertikehabisannafas, lupa,
batukdansebagainya.Makahaltersebutdimaafkandengancatatansiqoori’
harusmengulanginyadarilafadsebelumnya, yaknilafadلاَتَقْرَبُوْا
الصَّلَوةَ .
Waqafsepertiinidisebutwaqofidhthirori
(waqofterpaksa)
C. Macam Macam Tanda Waqaf Dalam Al Qur'an
Macam macam tanda waqaf dalam Al Qur'an adalah sebagai berikut:
1. Waqaf Mutlaq (ط)
Waqaf Mutlaq tandanya ط. Apabila kita membaca Al Qur'an menemui tanda waqaf tersebut,
maka lebih utama diwaqafkan atau berhenti pada tanda waqaf tersebut.
2. Waqaf Lazim (م)
Waqaf Lazim tandanya م. Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf lazim, maka
cara membacanya adalah harus berhenti.
3. Waqaf Jaiz (ج)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf jaiz, maka cara
membacanya boleh berhenti dan boleh dilanjutkan dengan kata berikutnya.
4. Waqaf Waslu Ula (صلى)
4. Waqaf Waslu Ula (صلى)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, cara
membacanya adalah lebih utama dilanjutkan dengan kata berikutnya.
5. Waqaf Mustahab (قيف)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
6. Waqaf Waqfu Ula (قال)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
7. Waqaf Mujawwaz (ز)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan terus pada kata yang terdapat tanda tersebut, tetapi boleh juga waqof.
8. Waqaf Murakhas (ص)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, boleh berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut karena darurat yang disebabkan oleh panjangnya ayat atau kehabisan nafas, tetapi diutamakan waslah/terus.
9. Waqaf Qobih (ق)
5. Waqaf Mustahab (قيف)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
6. Waqaf Waqfu Ula (قال)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut.
7. Waqaf Mujawwaz (ز)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan terus pada kata yang terdapat tanda tersebut, tetapi boleh juga waqof.
8. Waqaf Murakhas (ص)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, boleh berhenti pada kata yang terdapat tanda tersebut karena darurat yang disebabkan oleh panjangnya ayat atau kehabisan nafas, tetapi diutamakan waslah/terus.
9. Waqaf Qobih (ق)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan
terus pada kata yang terdapat tanda tersebut.
10. Waqaf Laa Washal (لا)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, jangan waqof kecuali jika di bawahnya terdapat tanda awal ayat yang membolehkan waqof secara mutlaq, maka boleh berhenti tanpa di ulang lagi.
10. Waqaf Laa Washal (لا)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, jangan waqof kecuali jika di bawahnya terdapat tanda awal ayat yang membolehkan waqof secara mutlaq, maka boleh berhenti tanpa di ulang lagi.
Misal:
11. Waqaf Mu'anaqah (.’. .’.)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti di salah satu dari kedua kelompok titik tiga tersebut, boleh pada yang pertama atau yang kedua.
12. Waqaf Saktah (ساكته)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti dan diam sejenak tanpa mengambil nafas baru pada kata yang terdapat tanda tersebut. Saktah Sakat adalah diam sejenak biar putus & pisah suaranya dengan tanpa berganti nafas.
Di dalam Al-Qur’an Saktah hanya ada 4 tempat, yaitu:
11. Waqaf Mu'anaqah (.’. .’.)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti di salah satu dari kedua kelompok titik tiga tersebut, boleh pada yang pertama atau yang kedua.
12. Waqaf Saktah (ساكته)
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti dan diam sejenak tanpa mengambil nafas baru pada kata yang terdapat tanda tersebut. Saktah Sakat adalah diam sejenak biar putus & pisah suaranya dengan tanpa berganti nafas.
Di dalam Al-Qur’an Saktah hanya ada 4 tempat, yaitu:
- Di
dalam surah Al-Muthaffifin, ayat 14.
- Di
dalam surah Al-Qiyamah, ayat 27.
- Di
dalam surah Yaasiin, ayat 52.
- Di
dalam surah Al-Kahfi, ayat 1.
D. Cara Mewaqafkan
Bacaan Dalam Al-Qur’an
1. Jika huruf terakhir berharakat sukun
(mati), maka membacanya tida ada perubahan sama sekali. Contohnya:
فَارْغَبْ — فَحَدِّ ثْ
— اَعْمَالَهُمْ (tetap dibaca a’maalahum, fahaddits
– dan farghab )
2. Jika huruf terakhir berharakat fathah, kasrah,dhammah, atau tanwin,maka huruf terakhir tersebut dibaca sukun (mati). Contohnya:
Lafadz اْلبَلَدِ (al-baladi)
dibaca menjadi الْبَلَدْ (al-balad),
lafadz خَلَقَ (Khalaqa)
dibaca menjadi خَلَقْ (khalaq).
3. Jika huruf terakhir ta’ marbuthah (ة ), baik letaknya di tengah ataupun di akhir kalimat. Maka, membacanya adalah dengan mengganti huruf ta’ marbuthah (ة ) tersebut dengan huruf ha’ (هْ) yang dibaca sukun (mati). Contohnya:
Kata أخِرَةٌ –
القَارِعَةُ — جنّةٌ
dibaca menjadi أخِرَهْ — القَارِعَه
— جَنَّهْ
4. Jika huruf terakhir berharakat (hidup), tetapi sebelumnya didahului huruf mati (sukun), maka dua huruf tersebut dibaca sukun semuanya, tapi huruf yang terakhir dibaca suara yang pelan. Contohnya:
Lafadz بِالْهَزْلِ
(bil hazli) dibaca menjadi باِلْهَزْلْ (bil hazl)
5. Jika di akhir kalimat, didahului bacaan mad ashli atau mad layyin (bacaan mad yang huruf sebelumnya berharakat fathah) . Maka cara membacanya dengan mematikan huruf yang terletak di akhir kalimat tersebut, dengan dipanjangkan sedikit antara dua sampai empat harakat.
Contohnya: مِنْ خَوْفٍ —
وَٱلصَّيۡفِ — الحَكِيْمُ —
يَشْعُرُوْنَ
6. Ketika berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin ( ً ), maka cara mewaqafkan bacaan tersebut dengan membaca harakat fathahnya saja sebanyak dua harakat. Sehingga ketika berhenti bacaannya menjadi bacaan mad ‘iwadh.
Contohnya: Lafadz اَفْوَاجًا
dibaca menjadi افْوَاجَا ,
kemudian lafadz سَلاَ مًا dibaca
menjadi سَلَا مَا
7. Jika huruf terakhir bertasydid, maka dimatikan tanpa menghilangkan fungsi tasydidnya, seperti : مِنْـهُنَّ dibaca مِنْـهُنّْ , خلَقَهُنَّ dibaca خَلَقَهُنّْ
8. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ؤ ] dimatikan bila waqaf, dan dibaca pendek bila washal, seperti : يَـتَـفَـيَّـؤُا dibaca يَـتَـفَـيَّـأْ
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waqaf adalah salah satu hukum yang
penting dipelajari dalam ilmu tajwid, dengan mempelajari waqaf kita dapat
mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti sejenak dalam membaca ayat-ayat
Al qur’an, pemahaman yang minim dapat menyebabkan seseorang jatuh pada
kesalahan ketika membaca Al qur’an
B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat,
jika terdapat kesalahan dalam penulis maupun penyampaiannya penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan dan saran dari
pembaca penulis ucapkan terima kasih.
Komentar
Posting Komentar